MEDAN— Upaya mengembalikan kejayaan Tembakau Deli—ikon sejarah dan kebanggaan Sumatera Utara—kembali mendapat dorongan kuat melalui workshop bertajuk "Menggali Jejak Kejayaan Tembakau Deli dan Peluang Revitalisasi" yang digelar di Grand Mercure Medan, Kamis (27/11). Acara ini merupakan kolaborasi antara PTPN I Regional 1 dan Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Sumatera Utara.Kegiatan tersebut diikuti akademisi, para narasumber Pembina JMSI Sumut Rahudman Harahap, Pengamat Ekonomi Benyamin, pihak PTPN I Hendri Hutabarat, tokoh Melayu, pemerhati sejarah, pelaku usaha, komunitas budaya, serta perwakilan pemerintah daerah. Forum ini dimaksudkan untuk merumuskan strategi nyata membangkitkan kembali Tembakau Deli yang pernah menjadi primadona dunia.
Rahudman Harahap: "Jangan eksklusif, buka ruang diskusi selebar-lebarnya"Sebagai narasumber utama, mantan Wali Kota Medan Rahudman Harahap menegaskan bahwa revitalisasi Tembakau Deli membutuhkan keterbukaan dan kolaborasi."Pemerintah—terutama putra-putri daerah—harus membuka ruang untuk berdiskusi. Jangan ada kesan bahwa urusan Tembakau Deli hanya milik satu pihak. Kita butuh kerja sama yang baik, bukan saling membatasi."
Rahudman menilai Medan memiliki sejarah besar yang harus dibanggakan dan diperjuangkan bersama. "Kita harus bangga tinggal di Kota Medan. Sejarah emas Tembakau Deli itu luar biasa. Dari diskusi-diskusi kecil yang fokus, kita bisa memberi masukan kuat kepada Wali Kota dan Pemerintah Daerah. Hal-hal kecil kalau kita kerjakan bersama akan memberi dampak besar."
Ia mendorong agar upaya pengembangan kawasan bersejarah, kegiatan budaya, dan pemberdayaan UMKM berbasis tembakau dilakukan secara terencana.PTPN I Regional 1: Tantangan bukan lahan, tetapi tenaga kerja dan efisiensi produksi
Perwakilan PTPN I Regional 1 Hendri Hutabarat menjelaskan kondisi terkini produksi Tembakau Deli. Menurutnya, lahan bukan masalah utama. "Kita tidak kekurangan areal. Dari lahan yang ada saja belum semuanya kami tanami. Yang kami khawatirkan bukan lahannya, tapi lonjakan kebutuhan tenaga kerja. Banyak pekerja sudah terserap ke sektor lain," jelasnya.Selama tiga tahun terakhir, mereka hanya menanam empat hektare karena keterbatasan SDM. Namun mulai 2025, skala penanaman ditingkatkan:
"Tahun 2025 kami tanam 20 hektare dan tenaga kerjanya tersedia. Tahun depan kami buka lagi 50 hektare. Lalu 2027 kami targetkan 150 hektare. Bertahap, tapi pasti."PTPN I juga mencatat peningkatan produktivitas signifikan. "Selama ini hanya 400–450 kg per hektare. Tahun 2025 kami sudah dapat 700 kg. Itu target kami: produksi naik, biaya turun, dan lebih kompetitif."
Ia menegaskan bahwa tingginya biaya produksi tembakau harus ditekan agar mampu bersaing di pasar internasional.Selain itu, pihaknya juga mulai mengembangkan jurutu, varian tembakau lokal yang tengah diuji rasa dan kualitasnya bersama komunitas di Medan.
JMSI Sumut: Media harus ambil peran mengawal sejarah Tembakau DeliKetua JMSI Sumut Rianto SH MH menegaskan bahwa media harus hadir mengawal sejarah, identitas, dan masa depan Tembakau Deli.
JMSI berkomitmen menjembatani komunikasi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat agar revitalisasi Tembakau Deli tidak berhenti pada wacana, tetapi menghasilkan program riil.Menuju Roadmap Kebangkitan Tembakau Deli
Workshop menghasilkan sejumlah gagasan penting, antara lain:
penyusunan roadmap revitalisasi Tembakau Deli,pemetaan kawasan bersejarah dan pengembangan wisata budaya,peningkatan produksi dan efisiensi biaya,
pembentukan forum kerja bersama antara pemerintah, PTPN, akademisi, dan komunitas.Para peserta menutup kegiatan dengan komitmen untuk melanjutkan diskusi ke tahap penyusunan rekomendasi resmi yang akan diserahkan kepada Pemerintah Kota Medan.
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menata ulang jejak kejayaan Tembakau Deli, sekaligus membuka babak baru kebangkitannya sebagai identitas budaya, sejarah, dan ekonomi Sumatera Utara.red2