Korupsi

Barang Busuk Kok Ditanggung? Refleksi Moral atas Logika yang Tersesat

Administrator - Jumat, 07 November 2025 17:08 WIB
Istimewa
Oleh: H Syahrir Nasution

Ada pertanyaan yang menggugah hati nurani kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi moral dan adab: "Mengapa barang busuk harus kita tanggung?"

Sebuah kalimat sederhana, tapi mengandung makna yang dalam — sekaligus sindiran keras terhadap akal sehat yang sedang diuji di negeri ini.

Sejak nenek moyang kita, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa bermartabat. Kita diajarkan untuk hidup dengan nilai-nilai kejujuran, harga diri, dan tanggung jawab yang berlandaskan nurani. Kita boleh tidak punya banyak harta, tapi kita punya harga diri yang tak bisa dibeli dengan apapun. Maka menjadi aneh — bahkan menyayat hati — ketika rakyat dipaksa memikul beban atas sesuatu yang bukan kesalahannya, apalagi untuk menanggung "barang busuk" yang jelas-jelas bukan hasil dari kerja keras rakyat.

Lebih menyakitkan lagi ketika barang yang rusak, cacat, bahkan tak layak pakai — disebut "barang rongsok" — justru dibebankan pembayarannya kepada masyarakat. Seolah-olah rakyat harus ikut bertanggung jawab atas kesalahan pihak lain. Ini bukan hanya persoalan ekonomi atau kebijakan, tapi persoalan nurani dan logika sehat.

Bagaimana mungkin kita harus bangga produk Cina jika yang datang justru barang gagal, yang kualitasnya tidak memenuhi standar, dan pada akhirnya justru menambah beban bangsa sendiri? Kebanggaan tidak bisa dipaksakan, apalagi jika di atas penderitaan rakyat.

Karena sesungguhnya, manusia hanya berharga jika ia mampu menghargai harga dirinya sendiri.

Bangsa yang membiarkan diri menanggung kesalahan orang lain tanpa suara, bangsa yang mau "menyelamatkan muka" pihak yang berbuat curang, adalah bangsa yang sedang menurunkan martabatnya sendiri.

Tidak masuk akal — bahkan melawan logika moral — jika kita dengan sadar menjatuhkan diri ke lumpur kehinaan demi menutupi kebusukan orang lain.

Tanggung jawab tidak bisa diwariskan kepada yang tak bersalah.

Maka, marilah kita kembali pada nilai yang paling dasar: kejujuran dan harga diri.

Jangan biarkan bangsa ini menjadi penanggung "barang busuk" — baik dalam arti harfiah maupun moral. Sebab bangsa yang bermoral tinggi, tak akan pernah rela menanggung beban dosa yang bukan miliknya.****

Editor
: Administrator
Sumber
:

Tag:

Berita Terkait

Berita

Operasi Pasar Gagal, 50 Ton Cabai Busuk Dijual ke ASN Pemprov Sumut

Berita

Kemendagri Dorong Pemda Segera Percepat Pengadaan Barang dan Jasa Melalui Katalog Elektronik V6

Berita

Kejari Langkat Musnahkan Barang Bukti dan Barang Rampasan Perkara Tindak Pidana Umum, Ini Penjelasan Kajari

Berita

Polda Sumut Musnahkan 33,54 Kg Sabu, 14.585 Pil Enstasi dan1,69 Daun Ganja

Berita

Polda Sumut Musnahkan 33,54 Kg Sabu, 14.585 Pil Enstasi dan1,69 Daun Ganja